Rabu, 24 Maret 2010

Berhasil di Sekolah VS Berhasil Dalam Hidup (25-03-2010)

Berhasil di Sekolah VS Berhasil Dalam Hidup

school, kids, parentsSekolah sangat mahal di Indonesia. Ini adalah suatu realita yang kontradiktif dengan segala yang kita harapkan dan impikan selama ini. Susah payah kedua orang tua kita membesarkan dan mendidik kita, agar kita-kita mendapatkan kehidupan yang lebih baik dan lebih menyenangkan dibandingkan dengan kehidupan beliau-beliau.

Ternyata semakin tinggi taraf pendidikan dan taraf kehidupan semakin naik pula biaya yang harus disediakan untuk dapat mengenyam segala fasilitas dan kenyamanan yang tersedia.

Sudah bukan berita baru lagi bila dikabarkan sekolah favorit A mensyaratkan dua digit juta rupiah bila kita ingin memasukkan anak ke sana. Sementara menjamur puluhan, ratusan, ribuan sekolah lain yang tidak segan-segan mematok harga menjulang langit untuk memberi 1 tempat bagi buah hati kita.

Bila mereka yang jelas-jelas tak mampu berkompetisi hanya bisa mengurut dada dan mensyukuri apapun yang dapat mereka raih. Banyak pula di antara mereka yang tidak dapat mempunyai keinginan untuk memasukkan anak mereka ke sekolah favorit/mahal. Sementara, sekolah negeri 'tak favorit'pun sekarang semakin banyak mematok uang sumbangan. Kemana lagi para orang tua ini mesti berpaling?

"Ya Mbak....anak tante kan nggak pinter-pinter amat, sudah UMPTN gagal, masuk ke PT swasta mahal.....eh disuruh kursus nggak mau...maluu katanya...". "Masuk program Diploma...gengsi...akhirnya ya...cuma ubak-ubek ke sana kemari sama temennya...tuh."

Saya teringat kata-kata orang tua teman SD saya, dulu. Teman saya, akhirnya masih bergantung kepada orang tuanya hingga kini. Satu-satunya kebanggaannya, 'menyetir mobil', hal yang sangat 'keren' masa-masa SMA, akhirnya yang menjadikannya sumber mata pencariannya. Itupun seringkali mogok, karena menjadi supir pribadi 'orang kaya' tidak bisa dijadikan penghasilan tetap dengan mentalitas dirinya yang masih merasa sebagai'orang kaya' karena orang tuanya yang kaya.

Orang tua teman saya adalah produk yang melihat keberhasilan seseorang dari bebet, bibit bobot. Beliau pun mencari menantu yang minimal masih mempunyai gelar ningrat, yang pekerjaannya minimal insinyur atau dokter, yang orangnya cantik ganteng. Jadilah, teman saya ini selalu menolak tawaran pekerjaan yang menurutnya 'tidak bobot, bibit, bebet'.

Sementara ada temannya sesama lulusan SMA dulu yang sama-sama ditawari pekerjaan untuk menjadi detailer obat, dan mengambil tawaran menjadi detailer perusahaan Farmasi, sekarang sudah berkeluarga mapan, dapat menyelesaikan Sarjana Ekonominya di sebuah Universitas Negeri Extension, sudah beralih posisi dari detailer menjadi posisi eksekutif di bagian marketing perusahaan yang sama. Padahal dua-duanya berangkat dari lulusan SMA dengan nilai yang biasa-biasa saja.

Satu teman saya masih menikmati kebebasannya, tanpa pekerjaan, masih melajang, dan masih bergantung sepenuhnya kepada orang tua. Sementara temannya yang sama-sama ditawari pekerjaan yang 'dianggap'nya rendah, mengambil tawaran tersebut dan penuh ketekunan dan dedikasi sehingga sekarang mulai menikmati buah kerja kerasnya. Manakah yang lebih berhasil di dalam hidupnya?

Seringkali kita mendengar keluh kesah orang tua bahwa anak-anak mereka tidak cemerlang di dalam studinya. Seringkali juga kita dengar pomeo bahwa bila tidak berhasil dalam studi berarti sudah kehilangan satu anak tangga menuju keberhasilan hidup.

Apa benar bila kita berhasil di dalam studi akan banyak mempengaruhi keberhasilan kita di dalam kehidupan? Ini adalah suatu tema yang abadi dari perdebatan banyak para ahli. Apa sebenarnya parameter keberhasilan dan kesuksesan di dalam hidup?

Secara reliji, seringkali di dalam doa-doa yang muncul adalah permohonan dan harapan agar diberikan kebahagiaan dunia dan akhirat, lebih detail lagi dengan perinciian, umur panjang yang penuh berkah dan manfaat bagi semua, penuh kesehatan, dimudahkan dan dilancarkan dalam segala hal, diberikan kehidupan penuh kedamaian dan kemudahan, rezeki yang mengalir berlimpah tak putus, diberikan ilmu yang penuh manfaat, dibebaskan dari kesempitan, ketakutan, kemiskinan, kelaparan dan bencana, dan lain seterusnya.

Tidak ada di dalam doa-doa permohonan untuk dijadikan orang bertitel dan menjadi orang jenius. Kenyataannya memang keberhasilan dalam studi tidak menjamin bahwa ybs akan otomatis berhasil di dalam kehidupannya. Hanya saja, memang, keberhasilan di dalam studi bisa menjadi satu faktor yang membuat seseorang menjadi berhasil di dalam kehidupan, meskipun hal ini tidaklah mutlak.

Tidak sedikit orang yang tidak menuntaskan jenjang studi formalnya yang berhasil menjadi pengusaha besar. Sebut saja Bill Gates, atau pencipta Apple, atau banyak lagi sederetan nama baik di tingkat lokal, nasional maupun internasional. Kalau kita melihat sekeliling pastinya akan banyak kita temui orang-orang yang sukses tanpa sederetan gelar-gelar pendidikan tinggi.

Namun untuk di Indonesia, kelihatannya mayoritas orang masih melihat titel ataupun gelar-gelar yang disandang oleh seseorang dalam menentukan keberhasilan seseorang. Sehingga tak jarang ada orang yang setelah mampu secara ekonomi berusaha meraih gelar-gelar tersebut dengan segala cara, hingga membeli gelar.

Di satu sisi, ini merupakan satu faktor yang menggembirakan untuk para praktisi akademisi. Ladang yang subur untuk meraup emas-berlian adalah BISNIS PENDIDIKAN. Berarti ini masa depan yang gemilang dan menjanjikan bagi mereka yang berkecimpung di bidang pendidikan secara profesional. Di sisi lain, menimbulkan kompetisi baik sehat maupun tidak sehat bagi bangsa Indonesia di dalam meraih gelar-gelar pendidikan tinggi.

Saya sendiri mengalami saat-saat melihat perjuangan banyak orang untuk mengubah taraf kehidupan dan penghidupan mereka melalui pendidikan. Tak segan-segan banyak orang mengeluarkan uang berjuta-juta demi mendapatkan seberkas sertifikat/ijazah. Namun sayangnya, jarang ada di antara mereka yang murni belajar 'hanya' sekedar untuk memperoleh ilmu pengetahuan.

Walaupun banyak yang mendengungkan pentingnya EQ yang balans dengan IQ, selama ini yang saya temui adalah teman-teman atau orang-orang yang saya kenal yang berhasil di dalam studinya adalah mereka pula yang berhasil di dalam kehidupan. Hal ini memang kadang menimbulkan kecemburuan, dan iri hati. Benarkah mereka yang berhasil dalam studi sekaligus mereka mempunyai balans EQ dan IQnya? Sementara kita meyakini bahwa Allah SWT Sangat Maha Adil terhadap semua ciptaanNya. Apa ini berarti ada yang diciptakan untuk menjadi sukses dan ada yang diciptakan untuk sulit menjadi sukses?

Apakah ini diskrimanasi? Saya lebih cenderung mengatakan bahwa seperti seleksi alam, manusia hidup juga sangat kompetitif. Hidup adalah perjuangan, juga bukan sekedar slogan. Sehingga di manapun manusia hidup dan berada, dia yang diberikan fitrah dan kebebasan oleh Allah dalam memilih sendiri 'way of lifenya', bebas memilih 'faith dan beliefnya', bebas memilih 'medan tempur kehidupannya sendiri'.

Kita tak bisa hanya berteriak-teriak memprotes kesenjangan kesejahteraan dan kehidupan serta berbagai kenyamanan lain yang tak tergapai oleh mayoritas bangsa Indonesia. Sementara secara mentalitas, impian semua orang adalah sama yaitu menikmati semua kenyamanan tersebut tanpa kecuali. Selama mentalitas /idealisme kenyamanan kehidupan yang diimpikan oleh bangsa Indonesia masih satu versi, berarti seluruh bangsa Indonesia menceburkan diri ke dalam suatu "medan tempur besar materialisme dan borjuisme nasional".

Teman-teman saya dari bangsa lain kadang menyindir saya, katanya orang di Indonesia beragama, religius, kenapa ya sampai jadi negara terkorup dan masuk negara termiskin? Kalau religius, bukankah itu sangat kontradiktif dengan korup dan kemiskinan?

Mereka lebih menyindir lagi masalah pelanggaran HAM, dan masalah pelestarian sumber-sumber hayati negara. Apalagi mengetahui hasil report dan survey lembaga dunia/ media internasional mengenai gaya hidup para penguasa dan keluarga mereka.

Saya sangat susah untuk berkata-kata dan menjawabnya. Bagaimana bangsa Indonesia memilih pemimpin dan para pejabatnya?

Saya jadi teringat seorang teman, yang sampai diejek banyak orang karena ia menjawab, bahwa ia sebagai pribadi baru mampu menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri, dan "baru belajar"untuk menjadi pemimpin bagi istri dan anak-anaknya.

Jawabannya yang sangat simple dan low-profile ini pada awalnya kedengaran kurang PD. Namun dibalik jawaban yang super simple ini, terkandung suatu percaya diri yang kuat. Lha, wong dia bisa bilang dapat menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri berarti dia memililiki 'confidence' dapat take-control of his own-life.

Kebanyakan challenge dari mereka yang sukses di dalam studi adalah 'over-confident'. Apalagi bila sekolah yang dilalui adalah sekolah favorit di LN yang ternama dengan bidang yang super-sulit. Kebalikannya, mereka yang kurang berhasil di dalam studi seringkali dihinggapi hal sebaliknya. Tak PD dan terlalu PD ini sebenarnya bisa menghinggapi siapapun tanpa kecuali.Hanya saja memang selalu ada faktor-faktor pencetus dan pendukung timbulnya hal tersebut.

Banyak di antara teman yang setelah meraih gelar tertinggi di bidang akademisi menjadi 'terlahir' sebagai orang yang baru yang sudah mengubah 'medan tempur kehidupannya' dan beranjak ke stage yang lebih tinggi. Meskipun masih banyak pula yang tidak berubah gaya hidup serta personalitynya. Masih tetap bersahaja dan low-profile, dan bergaya hidup sederhana, tidak hanya mau bergaul dengan mereka yang dianggap selevel baik gaya hidup, pendidikan, maupun pergaulan.

Saya jadi teringat komentar seorang teman, yang setengah mengeluh mengatakan bahwa dirinya tidak dianggap di dalam pergaulan teman-temannya hanya karena dia dan suaminya tidak mempunyai gelar pendidikan tinggi dan level penghasilan mereka tidak sebanding dengan teman-temannya yang lain.

Baginya tidak jadi masalah bila tidak diajak dalam aktifitas lingkaran pergaulan teman-temannya yang sudah menanjak lebih baik, namun rasanya aneh dan menyakitkan bagi mereka untuk tiba-tiba saja menjadi kehilangan banyak teman lama karena kesenjangan pendidikan dan ekonomi keluarga.

Sementara ini saya masih belum berubah dalam berfikir bahwa pendidikan adalah satu jembatan emas yang mengantarkan manusia ke dalam kehidupan dan pendewasaan diri. Sehingga selayaknya, semakin tinggi pendidikan seseorang, diharapkan akan semakin bijak dan pandai menempatkan dirinya di dalam pergaulan masyarakat. Itu adalah harapan dan idealisme.

Masalahnya kini adalah, pendidikan seperti apa yang hendak diberikan kepada anak-anak kita, karena hal tersebut adalah tanggung jawab kita sebagai orang tua untuk membekali anak-anak kita dengan pendidikan yang bermanfaat dan berguna bagi kehidupan mereka kelak.

Banyak di antara orang tua yang sekarang sering mengadaptasi cara pengasuhan dan pendidikan ala negara-negara Barat. Banyak hal yang sangat baik dalam menanamkan rasa percaya diri dan motivasi anak, namun kita perlu menengarai bahwa tidak semua yang masuk dari Barat bisa begitu saja kita terapkan di rumah. Meskipun teori pengasuhan dan pendidikan mereka melalui serangkaian percobaan dan pengujian, ada banyak hal yang berbeda dengan kultur budaya dan juga faktor faith-belief yang sering berbeda.

Salah satu diantaranya yang tidak saya dukung untuk saat ini adalah faham yang membebaskan orang tua dari kewajiban menyekolahkan anak-anak mereka ke jenjang pendidikan tinggi seperti yang banyak terjadi di negara-negara Barat. Selepas SMA, anak-anak harus membiayai biaya pendidikan tinggi mereka sendiri, sementara orang tua mereka membeli rumah, properti atau mobil baru. Dengan situasi dan kondisi di Indonesia, secara realita sangatlah sulit bagi saya untuk melepas anak-anak mencari uang sendiri untuk membiayai pendidikan tinggi mereka.

Sekarang, dengan kondisi pendidikan di Indonesia yang kian jauh dari peta dan ranking kompetisi pendidikan dunia (silakan dicek sendiri ranking universitas-universitas Indonesia di peta pendidikan dunia) apa yang dapat kita harapkan dari pendidikan tinggi di Indonesia di masa mendatang bagi anak-anak kita?

Sementara kita masih bergelut dengan biaya pendidikan yang membumbung tinggi, universitas- universitas ternama membagikan ilmunya secara gratis. Siapa yang tidak tahu web-site Massachusett Institute of Technology: http:///ocw.mit.edu/index.html/ yang menawarkan program dari undergraduate sampai program doctoral secara on-line dan free. Bayangkan saja bila bangsa Indonesia bisa semudah itu mendapatkan pendidikan dan ilmu. Apalagi sekarang ada 5 universitas top di Jepang yang ikut bergabung di dalamnya.

Benarkah pendidikan on-line free benar-benar gratis? Tentu saja tidak. Setiap yang ikut tetap harus berdedikasi dalam belajarnya, belum lagi meluangkan untuk membaca dan membeli buku, kertas, belum biaya untuk on-line dan printing. Tidak ada pendidikan yang benar-benar gratis.

Masalahnya,sampai saat ini tidak ada satu perusahaan/kantor pun yang mau menerima karyawannya yang lulus semua program hingga doctoral program dengan nilai cum laude sekalipun, BILA tanpa sertifikat atau ijazah. Bila program on-line free tidak memberikan ijazah dan tidak mengizinkan pesertanya untuk menikmati fasilitas normal di dalam kampus, apakah ini berarti pembuktian akan mahalnya nilai sebuah ijazah /sertifikat? (HI)

sumber : http://fadlan.multiply.com/journal/item/22/21_Berhasil_di_Sekolah_VS_Berhasil_Dalam_Hidup
Read More … Berhasil di Sekolah VS Berhasil Dalam Hidup (25-03-2010)

5 motivasi kerja yang membuat orang jepang sukses (25-03-2010)

Kita tahu jepang menjadi salah negara sukses di asia dan dunia. Pada artikel kali ini saya akan membahas motivasi kerja apa saja sih yang membuat kebanyakan orang disana sukses.Mungkin banyak faktor yang membuat semua itu terjadi.

Tapi bintang sendiri yakin motivasi dibawah inilah, yang membuat kebanyakan masyarakat jepang hidup makmur seperti sekarang ini :

1. Kerja Keras
Tentu ini motivasi yang patus kita contoh! Sama seperti kebanyakan orang-orang di Asia Timur. Mereka menjadi pekerja keras dalam hidupnya.

Kata mutiara motivasi : Di dunia ini tidak ada yang namanya kegagalan, yang ada adalah kita kurang bekerja keras.

2. Pantang Menyerah
Masyarakat jepang untuk ini benar-benar membuktikannya. Dulu mereka setelah porak-poranda akbiat perang dunia ke II. Hanya membutuhkan waktu tidak lama untuk menjadi salah satu pusat ekonomi dunia.

Pesan Motivasi : Menyerahlah jika peluang benar-benar sudah habis. Tapi selagi masih ada satu harapan, Raihlah dengan kerja keras dan anda pasti SUKSES.

3. Menjaga Kehormatan
Jika kamu sering melihat film atau mungkin mengikuti artikel berita di TV, sesekali pasti mendengar istilah Harakiri yaitu bunuh diri dengan menusukkan pedang ke perut. Itu dilakukan oleh masyarakat disana karena mereka tahu malu.

Masih ingat Menteri Kesehatan Jepang yang mengundurkan diri karena melakukan kesalahan. Atau pejabat yang akhirnya bunuh diri karena telah melakukan korupsi. Atau pelajar yang bunuh diri karena nilainya jelek. Dan menjadikan orang jepang menjadi nomer satu dalam kasus bunuh diri.

Tapi ingat BAIK-BAIK artikel ini tidak memerintahkan anda bunuh diri jika membuat orang lain susah. Pesan Motivasi yang bisa kita raih adalah “Tahu Malulah”, dan kemudian intropeksi diri berbuat lebih baik lagi

4. Rajin Membaca
Membaca seperti menjadi sebuah budaya di Jepang. Bukanlah hal yang aneh melihat orang bejalan sambil membaca.Atau saat anda masuk ke kereta listrik, disana bisa dilihat banyak orang yang membaca.

Banyak-banyaklah membaca artikel, apalagi sekarang sudah zaman internet anda bisa mendapatkan artikel tentang berbagai hal mulai dari komputer, motivasi, sejarah, ekonomi dsb. Karena dengan lebih banyak mengetahui informasi dibanding lawan, anda sudah lebih dekat ke tujuan.

5. Menjaga Tradisi
Motivasi yang ini patut kita contoh. Mengapa? bayangkan saja dengan kemajuan tekhnologi dan ekonomi. Mereka tetap tidak meninggalkan tradisi. Bahkan bintang pernah menonton berita yang memperlihatkan “Laptop dikasih jampi-jampi supaya tidak terkena masalah”.
Read More … 5 motivasi kerja yang membuat orang jepang sukses (25-03-2010)

motivasi agar lebih bersemangat untuk hidup (25-03-2010)

MITIVASI AGAR KITA LEBIH BERSEMANGAT MENGHADAPI HIDUP
Kalau Anda ingin menyalahkan orang yang paling bertanggung jawab atas kegagalan Anda dalam hidup, maka Anda bisa mulai dengan menyalahkan diri sendiri? Kenapa demikian? Karena Andalah sendiri yang mengambil keputusan untuk gagal. Bukan atasan Anda yang galak. Bukan anak buah Anda yang susah diatur. Bukan istri Anda yang tidak sejalan. Bukan suami Anda yang tidak pengertian. Bukan teman di kantor yang menggosipkan Anda. Tetapi karena Anda sendirilah yang memutuskan, mengambil keputusan dengan penuh kesadaran, untuk gagal.
Seorang pesenam dari Jepang meraih medali emas impiannya setelah menari dengan indah di Olympiade. Padahal hari sebelumnya, tumitnya retak dan dokter mengatakan di akan cacat seumur hidupnya. Rasa sakit dikalahkan oleh kemauan yang kuat untuk mempersembahkan medali emas bagi negaranya.
Sepasang mahasiswa drop-out memulai sebuah perusahaan software kecil-kecilan yang sama sekali tidak diperhitungkan akan menjadi besar. Kini Bill Gates dan Tim Allen merupakan dua orang legenda software dunia, padahal hanya berijazahkan high school (SMA).
Seorang veteran perang dunia pertama menawarkan resep masakan keluarganya kepada lebih dari seribu orang yang dinilainya dapat memberinya modal usaha mengembangkan restoran. Seribu orang itu menolaknya. Tapi ia tidak menyerah. Bayangkan bila saat itu Kolonel Sanders memutuskan berhenti pada penolakan yang ke 999, hari ini kita tidak akan mengenal Kentucky Fried Chicken.
Thomas Alfa Edison berkata pada seorang wartawan, ketika percobaan lampunya yang ke-sekian ratus gagal… “Saya tidak gagal! Bahkan saya baru saja berhasil menemukan cara ke 879 untuk tidak membuat lampu!” Pantang menyerah.
Sukses Anda, bukan nasib. Sukses adalah sesuatu yang hanya dapat dicapai dengan harta, keringat, air mata dan kadang juga darah. Pada prinsipnya, tidak ada orang yang gagal. Yang ada hanya orang yang “memutuskan untuk berhenti” sebelum mencapai sukses.
Kata Bijak Hari Ini : Nilai manusia, bukan bagaimana ia mati, melainkan bagaimana ia hidup; bukan apa yang diperoleh, melainkan apa yang telah diberikan; bukan apa pangkatnya, melainkan apa yang telah diperbuat dengan tugas yang diberikan Tuhan kepadanya.

Referensi : http://www.jakapradana.com/motivasi-agar-kita-lebih-bersemangat-menghadapi-hidup.html
Read More … motivasi agar lebih bersemangat untuk hidup (25-03-2010)

sastra indonesia (25-03-2010)

Sastra Indonesia

Sastra Indonesia, adalah sebuah istilah yang melingkupi berbagai macam karya sastra di Asia Tenggara. Istilah "Indonesia" sendiri mempunyai arti yang saling melengkapi terutama dalam cakupan geografi dan sejarah poltik di wilayah tersebut.
Sastra Indonesia sendiri dapat merujuk pada sastra yang dibuat di wilayah Kepulauan Indonesia. Sering juga secara luas dirujuk kepada sastra yang bahasa akarnya berdasarkan Bahasa Melayu (dimana bahasa Indonesia adalah satu turunannya). Dengan pengertian kedua maka sastra ini dapat juga diartikan sebagai sastra yang dibuat di wilayah Melayu (selain Indonesia, terdapat juga beberapa negara berbahasa Melayu seperti Malaysia dan Brunei), demikian pula bangsa Melayu yang tinggal di Singapura.
Sastra Indonesia terbagi menjadi 2 bagian besar, yaitu:
• lisan
• tulisan
Secara urutan waktu maka sastra Indonesia terbagi atas beberapa angkatan:
• Angkatan Pujangga Lama
• Angkatan Sastra Melayu Lama
• Angkatan Balai Pustaka
• Angkatan Pujangga Baru
• Angkatan 1945
• Angkatan 1950 - 1960-an
• Angkatan 1966 - 1970-an
• Angkatan 1980 - 1990-an
• Angkatan Reformasi
• Angkatan 2000-an
• Angkatan 2010-an
[sunting] Pujangga Lama
Pujangga lama merupakan bentuk pengklasifikasian karya sastra di Indonesia yang dihasilkan sebelum abad ke-20. Pada masa ini karya satra di dominasi oleh syair, pantun, gurindam dan hikayat. Di Nusantara, budaya Melayu klasik dengan pengaruh Islam yang kuat meliputi sebagian besar negara pantai Sumatera dan Semenanjung Malaya. Di Sumatera bagian utara muncul karya-karya penting berbahasa Melayu, terutama karya-karya keagamaan. Hamzah Fansuri adalah yang pertama di antara penulis-penulis utama angkatan Pujangga Lama. Dari istana Kesultanan Aceh pada abad XVII muncul karya-karya klasik selanjutnya, yang paling terkemuka adalah karya-karya Syamsuddin Pasai dan Abdurrauf Singkil, serta Nuruddin ar-Raniri.[1]
Karya Sastra Pujangga Lama
Sejarah
• Sejarah Melayu (Malay Annals)

Hikayat
• Hikayat Abdullah
• Hikayat Aceh
• Hikayat Amir Hamzah
• Hikayat Andaken Penurat
• Hikayat Bayan Budiman
• Hikayat Djahidin
• Hikayat Hang Tuah
• Hikayat Iskandar Zulkarnain
• Hikayat Kadirun • Hikayat Kalila dan Damina
• Hikayat Masydulhak
• Hikayat Pandawa Jaya
• Hikayat Pandja Tanderan
• Hikayat Putri Djohar Manikam
• Hikayat Sri Rama
• Hikayat Tjendera Hasan
• Tsahibul Hikayat
Syair
• Syair Bidasari
• Syair Ken Tambuhan
• Syair Raja Mambang Jauhari
• Syair Raja Siak
Kitab agama
• Syarab al-'Asyiqin (Minuman Para Pecinta) oleh Hamzah Fansuri
• Asrar al-'Arifin (Rahasia-rahasia para Gnostik) oleh Hamzah Fansuri
• Nur ad-Daqa'iq (Cahaya pada kehalusan-kehalusan) oleh Syamsuddin Pasai
• Bustan as-Salatin (Taman raja-raja) oleh Nuruddin ar-Raniri
Sastra Melayu Lama
Karya sastra di Indonesia yang dihasilkan antara tahun 1870 - 1942, yang berkembang dilingkungan masyarakat Sumatera seperti "Langkat, Tapanuli, Minangkabau dan daerah Sumatera lainnya", orang Tionghoa dan masyarakat Indo-Eropa. Karya sastra pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair, hikayat dan terjemahan novel barat.


Karya Sastra Melayu Lama
• Robinson Crusoe (terjemahan)
• Lawan-lawan Merah
• Mengelilingi Bumi dalam 80 hari (terjemahan)
• Graaf de Monte Cristo (terjemahan)
• Kapten Flamberger (terjemahan)
• Rocambole (terjemahan)
• Nyai Dasima oleh G. Francis (Indo)
• Bunga Rampai oleh A.F van Dewall
• Kisah Perjalanan Nakhoda Bontekoe
• Kisah Pelayaran ke Pulau Kalimantan
• Kisah Pelayaran ke Makassar dan lain-lainnya
• Cerita Siti Aisyah oleh H.F.R Kommer (Indo)
• Cerita Nyi Paina
• Cerita Nyai Sarikem
• Cerita Nyonya Kong Hong Nio • Nona Leonie
• Warna Sari Melayu oleh Kat S.J
• Cerita Si Conat oleh F.D.J. Pangemanan
• Cerita Rossina
• Nyai Isah oleh F. Wiggers
• Drama Raden Bei Surioretno
• Syair Java Bank Dirampok
• Lo Fen Kui oleh Gouw Peng Liang
• Cerita Oey See oleh Thio Tjin Boen
• Tambahsia
• Busono oleh R.M.Tirto Adhi Soerjo
• Nyai Permana
• Hikayat Siti Mariah oleh Hadji Moekti (indo)
• dan masih ada sekitar 3000 judul karya sastra Melayu-Lama lainnya
Angkatan Balai Pustaka
Angkatan Balai Pusataka merupakan karya sastra di Indonesia yang terbit sejak tahun 1920, yang dikeluarkan oleh penerbit Balai Pustaka. Prosa (roman, novel, cerita pendek dan drama) dan puisi mulai menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat dalam khazanah sastra di Indonesia pada masa ini.
Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh buruk dari bacaan cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu Rendah yang banyak menyoroti kehidupan pernyaian (cabul) dan dianggap memiliki misi politis (liar). Balai Pustaka menerbitkan karya dalam tiga bahasa yaitu bahasa Melayu-Tinggi, bahasa Jawa dan bahasa Sunda; dan dalam jumlah terbatas dalam bahasa Bali, bahasa Batak, dan bahasa Madura.
Nur Sutan Iskandar dapat disebut sebagai "Raja Angkatan Balai Pustaka" oleh sebab banyak karya tulisnya pada masa tersebut. Apabila dilihat daerah asal kelahiran para pengarang, dapatlah dikatakan bahwa novel-novel Indonesia yang terbit pada angkatan ini adalah "novel Sumatera", dengan Minangkabau sebagai titik pusatnya.[2]


Penulis dan Karya Sastra Angkatan Balai Pustaka:
• Merari Siregar
• Azab dan Sengsara(1920)
• Binasa kerna Gadis Priangan(1931)
• Cinta dan Hawa Nafsu
• Marah Roesli
• Siti Nurbaya(1922)
• La Hami (1924)
• Anak dan Kemenakan(1956
• Muhammad Yamin
• Tanah Air(1922)
• Indonesia, Tumpah Darahku (1928)
• Kalau Dewi Tara Sudah Berkata
• Ken Arok dan Ken Dedes (1934)
• Nur Sutan Iskandar
Apa Dayaku karena Aku Seorang Perempuan (1923)
• Cinta yang Membawa Maut(1926)
• Salah Pilih(1928)
• Karena Mentua(1932)
• Tuba Dibalas dengan Susu(1933)
• Hulubalang Raja (1934)
• Katak Hendak Menjadi Lembu (1935)
• Tulis Sutan Sati
• Tak Disangka(1923)
• Sengsara Membawa Nikmat (1928)
• Tak Membalas Guna(1932)
• Memutuskan Pertalian(1932)
• Djamaluddin Adinegoro
• Darah Muda (1927)
• Asmara Jaya(1928)
• Abas Soetan Pamoentjak
• Pertemuan(1927
• Abdul Muis
• Salah Asuhan (1928)
• Pertemuan Djodoh(1933)
• Aman Datuk Madjoindo
• Menebus Dosa(1932)
• Si Cebol Rindukan Bulan(1934)
• Sampaikan Salamku Kepadanya (1935)
Pujangga Baru
Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Sastra Pujangga Baru adalah sastra intelektual, nasionalistik dan elitis.
Pada masa itu, terbit pula majalah Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisjahbana, beserta Amir Hamzah dan Armijn Pane. Karya sastra di Indonesia setelah zaman Balai Pustaka (tahun 1930 - 1942), dipelopori oleh Sutan Takdir Alisyahbana dkk. Masa ini ada dua kelompok sastrawan Pujangga baru yaitu :
1. Kelompok "Seni untuk Seni" yang dimotori oleh Sanusi Pane dan Tengku Amir Hamzah
2. Kelompok "Seni untuk Pembangunan Masyarakat" yang dimotori oleh Sutan Takdir Alisjahbana, Armijn Pane dan Rustam Effendi.
[sunting] Penulis dan Karya Sastra Pujangga Baru
• Sutan Takdir Alisjahbana
o Dian Tak Kunjung Padam (1932)
o Tebaran Mega - kumpulan sajak (1935)
o Layar Terkembang (1936)
o Anak Perawan di Sarang Penyamun (1940)
• Hamka
o Di Bawah Lindungan Ka'bah (1938)
o Tenggelamnya Kapal van der Wijck (1939)
o Tuan Direktur (1950)
o Didalam Lembah Kehidoepan (1940)
• Armijn Pane
o Belenggu (1940)
o Jiwa Berjiwa
o Gamelan Djiwa - kumpulan sajak (1960)
o Djinak-djinak Merpati - sandiwara (1950)
o Kisah Antara Manusia - kumpulan cerpen (1953)
• Sanusi Pane
o Pancaran Cinta (1926)
o Puspa Mega (1927)
o Madah Kelana (1931)
o Sandhyakala Ning Majapahit (1933)
o Kertajaya (1932)
• Tengku Amir Hamzah
o Nyanyi Sunyi (1937)
o Begawat Gita (1933)
o Setanggi Timur (1939)
• Roestam Effendi
o Bebasari: toneel dalam 3 pertundjukan
o Pertjikan Permenungan
• Sariamin Ismail
o Kalau Tak Untung (1933)
o Pengaruh Keadaan (1937)
• Anak Agung Pandji Tisna
o Ni Rawit Ceti Penjual Orang (1935)
o Sukreni Gadis Bali (1936)
o I Swasta Setahun di Bedahulu (1938)
• J.E.Tatengkeng
o Rindoe Dendam (1934)
• Fatimah Hasan Delais
o Kehilangan Mestika (1935)
• Said Daeng Muntu
o Pembalasan
o Karena Kerendahan Boedi (1941)
• Karim Halim
o Palawija (1944)

Angkatan 1945
Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah mewarnai karya sastrawan Angkatan '45. Karya sastra angkatan ini lebih realistik dibanding karya Angkatan Pujangga baru yang romantik - idealistik. Karya-karya sastra pada angkatan ini banyak bercerita tentang perjuangan merebut kemerdekaan seperti halnya puisi-puisi Chairil Anwar. Sastrawan angkatan '45 memiliki konsep seni yang diberi judul "Surat Kepercayaan Gelanggang". Konsep ini menyatakan bahwa para sastrawan angkatan '45 ingin bebas berkarya sesuai alam kemerdekaan dan hati nurani.
[sunting] Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1945
• Chairil Anwar
o Kerikil Tajam (1949)
o Deru Campur Debu (1949)
• Asrul Sani, bersama Rivai Apin dan Chairil Anwar
o Tiga Menguak Takdir (1950)
• Idrus
o Dari Ave Maria ke Djalan Lain ke Roma (1948)
o Aki (1949)
o Perempuan dan Kebangsaan
• Achdiat K. Mihardja
o Atheis (1949)
• Trisno Sumardjo
o Katahati dan Perbuatan (1952)
• Utuy Tatang Sontani
o Suling (drama) (1948)
o Tambera (1949)
o Awal dan Mira - drama satu babak (1962)
• Suman Hs.
o Kasih Ta' Terlarai (1961)
o Mentjari Pentjuri Anak Perawan (1957)
o Pertjobaan Setia (1940)
Angkatan 1950 - 1960-an
Angkatan 50-an ditandai dengan terbitnya majalah sastra Kisah asuhan H.B. Jassin. Ciri angkatan ini adalah karya sastra yang didominasi dengan cerita pendek dan kumpulan puisi. Majalah tersebut bertahan sampai tahun 1956 dan diteruskan dengan majalah sastra lainnya, Sastra.
Pada angkatan ini muncul gerakan komunis dikalangan sastrawan, yang bergabung dalam Lembaga Kebudajaan Rakjat (Lekra) yang berkonsep sastra realisme-sosialis. Timbullah perpecahan dan polemik yang berkepanjangan diantara kalangan sastrawan di Indonesia pada awal tahun 1960; menyebabkan mandegnya perkembangan sastra karena masuk kedalam politik praktis dan berakhir pada tahun 1965 dengan pecahnya G30S di Indonesia.
[sunting] Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1950 - 1960-an
• Pramoedya Ananta Toer
o Kranji dan Bekasi Jatuh (1947)
o Bukan Pasar Malam (1951)
o Di Tepi Kali Bekasi (1951)
o Keluarga Gerilya (1951)
o Mereka yang Dilumpuhkan (1951)
o Perburuan (1950)
o Cerita dari Blora (1952)
o Gadis Pantai (1965)
• Nh. Dini
o Dua Dunia (1950)
o Hati jang Damai (1960)
• Sitor Situmorang
o Dalam Sadjak (1950)
o Djalan Mutiara: kumpulan tiga sandiwara (1954)
o Pertempuran dan Saldju di Paris (1956)
o Surat Kertas Hidjau: kumpulan sadjak (1953)
o Wadjah Tak Bernama: kumpulan sadjak (1955)
• Mochtar Lubis
o Tak Ada Esok (1950)
o Jalan Tak Ada Ujung (1952)
o Tanah Gersang (1964)
o Si Djamal (1964)
• Marius Ramis Dayoh
o Putra Budiman (1951)
o Pahlawan Minahasa (1957)
• Ajip Rosidi
o Tahun-tahun Kematian (1955)
o Ditengah Keluarga (1956)
o Sebuah Rumah Buat Hari Tua (1957)
o Cari Muatan (1959)
o Pertemuan Kembali (1961)
• Ali Akbar Navis
o Robohnya Surau Kami - 8 cerita pendek pilihan (1955)
o Bianglala - kumpulan cerita pendek (1963)
o Hujan Panas (1964)
o Kemarau (1967)
• Toto Sudarto Bachtiar
o Etsa sajak-sajak (1956)
o Suara - kumpulan sajak 1950-1955 (1958)
• Ramadhan K.H
o Priangan si Jelita (1956)
• W.S. Rendra
o Balada Orang-orang Tercinta (1957)
o Empat Kumpulan Sajak (1961)
o Ia Sudah Bertualang (1963)
• Subagio Sastrowardojo
o Simphoni (1957)
• Nugroho Notosusanto
o Hujan Kepagian (1958)
o Rasa Sajangé (1961)
o Tiga Kota (1959)
• Trisnojuwono
o Angin Laut (1958)
o Dimedan Perang (1962)
o Laki-laki dan Mesiu (1951)
• Toha Mochtar
o Pulang (1958)
o Gugurnya Komandan Gerilya (1962)
o Daerah Tak Bertuan (1963)
• Purnawan Tjondronagaro
o Mendarat Kembali (1962)
• Bokor Hutasuhut
o Datang Malam (1963)

Angkatan 1966 - 1970-an
Angkatan ini ditandai dengan terbitnya Horison (majalah sastra) pimpinan Mochtar Lubis.[3] Semangat avant-garde sangat menonjol pada angkatan ini. Banyak karya sastra pada angkatan ini yang sangat beragam dalam aliran sastra dengan munculnya karya sastra beraliran surealistik, arus kesadaran, arketip, dan absurd. Penerbit Pustaka Jaya sangat banyak membantu dalam menerbitkan karya-karya sastra pada masa ini. Sastrawan pada angkatan 1950-an yang juga termasuk dalam kelompok ini adalah Motinggo Busye, Purnawan Tjondronegoro, Djamil Suherman, Bur Rasuanto, Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko Damono dan Satyagraha Hoerip Soeprobo dan termasuk paus sastra Indonesia, H.B. Jassin.
Beberapa satrawan pada angkatan ini antara lain: Umar Kayam, Ikranegara, Leon Agusta, Arifin C. Noer, Darmanto Jatman, Arief Budiman, Goenawan Mohamad, Budi Darma, Hamsad Rangkuti, Putu Wijaya, Wisran Hadi, Wing Kardjo, Taufik Ismail dan banyak lagi yang lainnya.
[sunting] Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1966
• Taufik Ismail
o Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia
o Tirani dan Benteng
o Buku Tamu Musim Perjuangan
o Sajak Ladang Jagung
o Kenalkan
o Saya Hewan
o Puisi-puisi Langit
• Sutardji Calzoum Bachri
o O
o Amuk
o Kapak
• Abdul Hadi WM
o Meditasi (1976)
o Potret Panjang Seorang Pengunjung Pantai Sanur (1975)
o Tergantung Pada Angin (1977)
• Sapardi Djoko Damono
o Dukamu Abadi (1969)
o Mata Pisau (1974)
• Goenawan Mohamad
o Parikesit (1969)
o Interlude (1971)
o Potret Seorang Penyair Muda Sebagai Si Malin Kundang (1972)
o Seks, Sastra, dan Kita (1980)
• Umar Kayam
o Seribu Kunang-kunang di Manhattan
o Sri Sumarah dan Bawuk
o Lebaran di Karet
o Pada Suatu Saat di Bandar Sangging
o Kelir Tanpa Batas
o Para Priyayi
o Jalan Menikung
• Danarto
o Godlob
o Adam Makrifat
o Berhala
• Nasjah Djamin
o Hilanglah si Anak Hilang (1963)
o Gairah untuk Hidup dan untuk Mati (1968)
• Putu Wijaya
o Bila Malam Bertambah Malam (1971)
o Telegram (1973)
o Stasiun (1977)
o Pabrik
o Gres
o Bom
• Djamil Suherman
o Perjalanan ke Akhirat (1962)
o Manifestasi (1963)
• Titis Basino
o Dia, Hotel, Surat Keputusan (1963)
o Lesbian (1976)
o Bukan Rumahku (1976)
o Pelabuhan Hati (1978)
o Pelabuhan Hati (1978)
• Leon Agusta
o Monumen Safari (1966)
o Catatan Putih (1975)
o Di Bawah Bayangan Sang Kekasih (1978)
o Hukla (1979)
• Iwan Simatupang
o Ziarah (1968)
o Kering (1972)
o Merahnya Merah (1968)
o Keong (1975)
o RT Nol/RW Nol
o Tegak Lurus Dengan Langit
• M.A Salmoen
o Masa Bergolak (1968)
• Parakitri Tahi Simbolon
o Ibu (1969)
• Chairul Harun
o Warisan (1979)
• Kuntowijoyo
o Khotbah di Atas Bukit (1976)
• M. Balfas
o Lingkaran-lingkaran Retak (1978)
• Mahbub Djunaidi
o Dari Hari ke Hari (1975)
• Wildan Yatim
o Pergolakan (1974)
• Harijadi S. Hartowardojo
o Perjanjian dengan Maut (1976)
• Ismail Marahimin
o Dan Perang Pun Usai (1979)
• Wisran Hadi
o Empat Orang Melayu
o Jalan Lurus

Angkatan 1980 - 1990-an
Karya sastra di Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980, ditandai dengan banyaknya roman percintaan, dengan sastrawan wanita yang menonjol pada masa tersebut yaitu Marga T. Karya sastra Indonesia pada masa angkatan ini tersebar luas diberbagai majalah dan penerbitan umum.
Beberapa sastrawan yang dapat mewakili angkatan dekade 1980-an ini antara lain adalah: Remy Sylado, Yudistira Ardinugraha, Noorca Mahendra, Seno Gumira Ajidarma, Pipiet Senja, Kurniawan Junaidi, Ahmad Fahrawie, Micky Hidayat, Arifin Noor Hasby, Tarman Effendi Tarsyad, Noor Aini Cahya Khairani, dan Tajuddin Noor Ganie.
Nh. Dini (Nurhayati Dini) adalah sastrawan wanita Indonesia lain yang menonjol pada dekade 1980-an dengan beberapa karyanya antara lain: Pada Sebuah Kapal, Namaku Hiroko, La Barka, Pertemuan Dua Hati, dan Hati Yang Damai. Salah satu ciri khas yang menonjol pada novel-novel yang ditulisnya adalah kuatnya pengaruh dari budaya barat, di mana tokoh utama biasanya mempunyai konflik dengan pemikiran timur.
Mira W dan Marga T adalah dua sastrawan wanita Indonesia yang menonjol dengan fiksi romantis yang menjadi ciri-ciri novel mereka. Pada umumnya, tokoh utama dalam novel mereka adalah wanita. Bertolak belakang dengan novel-novel Balai Pustaka yang masih dipengaruhi oleh sastra Eropa abad ke-19 dimana tokoh utama selalu dimatikan untuk menonjolkan rasa romantisme dan idealisme, karya-karya pada era 1980-an biasanya selalu mengalahkan peran antagonisnya.
Namun yang tak boleh dilupakan, pada era 1980-an ini juga tumbuh sastra yang beraliran pop, yaitu lahirnya sejumlah novel populer yang dipelopori oleh Hilman Hariwijaya dengan serial Lupusnya. Justru dari kemasan yang ngepop inilah diyakini tumbuh generasi gemar baca yang kemudian tertarik membaca karya-karya yang lebih berat.
Ada nama-nama terkenal muncul dari komunitas Wanita Penulis Indonesia yang dikomandani Titie Said, antara lain: La Rose, Lastri Fardhani, Diah Hadaning, Yvonne de Fretes, dan Oka Rusmini.
Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1980
• Ahmadun Yosi Herfanda
o Ladang Hijau (1980)
o Sajak Penari (1990)
o Sebelum Tertawa Dilarang (1997)
o Fragmen-fragmen Kekalahan (1997)
o Sembahyang Rumputan (1997)
• Y.B Mangunwijaya
o Burung-burung Manyar (1981)
• Darman Moenir
o Bako (1983)
o Dendang (1988)
• Budi Darma
o Olenka (1983)
o Rafilus (1988)
• Sindhunata
o Anak Bajang Menggiring Angin (1984)
• Arswendo Atmowiloto
o Canting (1986)
• Hilman Hariwijaya
o Lupus - 28 novel (1986-2007)
o Lupus Kecil - 13 novel (1989-2003)
o Olga Sepatu Roda (1992)
o Lupus ABG - 11 novel (1995-2005)
• Dorothea Rosa Herliany
o Nyanyian Gaduh (1987)
o Matahari yang Mengalir (1990)
o Kepompong Sunyi (1993)
o Nikah Ilalang (1995)
o Mimpi Gugur Daun Zaitun (1999)
• Gustaf Rizal
o Segi Empat Patah Sisi (1990)
o Segi Tiga Lepas Kaki (1991)
o Ben (1992)
o Kemilau Cahaya dan Perempuan Buta (1999)
• Remy Sylado
o Ca Bau Kan (1999)
o Kerudung Merah Kirmizi (2002)
Angkatan Reformasi
Seiring terjadinya pergeseran kekuasaan politik dari tangan Soeharto ke BJ Habibie lalu KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) dan Megawati Sukarnoputri, muncul wacana tentang "Sastrawan Angkatan Reformasi". Munculnya angkatan ini ditandai dengan maraknya karya-karya sastra, puisi, cerpen, maupun novel, yang bertema sosial-politik, khususnya seputar reformasi. Di rubrik sastra harian Republika misalnya, selama berbulan-bulan dibuka rubrik sajak-sajak peduli bangsa atau sajak-sajak reformasi. Berbagai pentas pembacaan sajak dan penerbitan buku antologi puisi juga didominasi sajak-sajak bertema sosial-politik.
Sastrawan Angkatan Reformasi merefleksikan keadaan sosial dan politik yang terjadi pada akhir tahun 1990-an, seiring dengan jatuhnya Orde Baru. Proses reformasi politik yang dimulai pada tahun 1998 banyak melatarbelakangi kelahiran karya-karya sastra -- puisi, cerpen, dan novel -- pada saat itu. Bahkan, penyair-penyair yang semula jauh dari tema-tema sosial politik, seperti Sutardji Calzoum Bachri, Ahmadun Yosi Herfanda, Acep Zamzam Noer, dan Hartono Benny Hidayatdengan media online: duniasastra(dot)com -nya, juga ikut meramaikan suasana dengan sajak-sajak sosial-politik mereka.
Penulis dan Karya Sastra Angkatan Reformasi
• Widji Thukul
o Puisi Pelo
o Darman
Angkatan 2000-an
Setelah wacana tentang lahirnya sastrawan Angkatan Reformasi muncul, namun tidak berhasil dikukuhkan karena tidak memiliki juru bicara, Korrie Layun Rampan pada tahun 2002 melempar wacana tentang lahirnya "Sastrawan Angkatan 2000". Sebuah buku tebal tentang Angkatan 2000 yang disusunnya diterbitkan oleh Gramedia, Jakarta pada tahun 2002. Seratus lebih penyair, cerpenis, novelis, eseis, dan kritikus sastra dimasukkan Korrie ke dalam Angkatan 2000, termasuk mereka yang sudah mulai menulis sejak 1980-an, seperti Afrizal Malna, Ahmadun Yosi Herfanda dan Seno Gumira Ajidarma, serta yang muncul pada akhir 1990-an, seperti Ayu Utami dan Dorothea Rosa Herliany.
[sunting] Penulis dan Karya Sastra Angkatan 2000
• Ayu Utami
o Saman (1998)
o Larung (2001)
• Seno Gumira Ajidarma
o Atas Nama Malam
o Sepotong Senja untuk Pacarku
o Biola Tak Berdawai
• Dewi Lestari
o Supernova 1: Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh (2001)
o Supernova 2.1: Akar (2002)
o Supernova 2.2: Petir (2004)
• Habiburrahman El Shirazy
o Ayat-Ayat Cinta (2004)
o Diatas Sajadah Cinta (2004)
o Ketika Cinta Berbuah Surga (2005)
o Pudarnya Pesona Cleopatra (2005)
o Ketika Cinta Bertasbih 1 (2007)
o Ketika Cinta Bertasbih 2 (2007)
o Dalam Mihrab Cinta (2007)
• Andrea Hirata
o Laskar Pelangi (2005)
o Sang Pemimpi (2006)
o Edensor (2007)
o Maryamah Karpov (2008)

Penulis dan Karya Sastra Angkatan 2010
• Tosa Spd
o lukisan jiwa (puisi) (2009)
o melan conis (2009)
• Nurani soyo mukti
Read More … sastra indonesia (25-03-2010)

pola hubungan (25-03-2010)

Pola Hubungan Subjek dan Predikat

Bahasa merupakan pernyataan pikiran atau perasaan sebagai alat komunikasi manusia. Sebagai pernyataan pikiran atau perasaan dan juga sebagai alat komunikasi manusia, bahasa mempunyai 3 fungsi pokok, yakni fungsi ekspresif atau emotif, fungsi afektif atau praktis, dan fungsi simbolik dan logik. Bahasa yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan atau kalimat deklaratif jika ditinjau berdasarkan isinya dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu pernyataan analitik dan pernyataan sintetik. Pernyataan (statement) dalam logika ditinjau dari segi bentuk hubungan makna yang dikandungnya, pernyataan itu disamakan juga dengan proposisi. Proposisi atau pernyataan berdasarkan bentuk isinya dibedakan antara 3 macam, yakni proposisi tunggal, proposisi kategorik, dan proposisi majemuk. Dari ketiga proposisi tersebut, yang akan dibahas di sini ialah proposisi kategorik, sebab dari proposisi ini dapat terlihat pola hubungan antara subjek dan predikat.

Proposisi kategorik adalah suatu pernyataan yang terdiri atas hubungan dua term sebagai subjek dan predikat serta dapat dinilai benar atau salah. Hubungan ini berbentuk pengiyaan atau pengingkaran. Term adalah ungkapan konsep, ide atau pengertian dalam bentuk kata atau istilah. Konsep sendiri adalah hasil tangkap dari akal.

1. Term sebagai subjek adalah hal yang diterangkan dalam proposisi. Term sebagai subjek berhubungan dengan kuantitas proposisi. Subjek dibedakan antara subjek universal dan subjek partikular. Subjek universal adalah mencakup semua yang dimaksud oleh subjek, subjek partikular adalah hanya mencakup sebagian dari keseluruhan yang disebutkan oleh subjek. Subjek universal dalam pernyataan simbolik disertai dengan kuantor universal, dan subjek partikular dalam pernyataan simbolik disertai dengan kuantor eksistensial.

2. Term sebagai predikat adalah hal yang menerangkan dalam proposisi. Term sebagai predikat selalu berhubungan dengan isinya, dan merupakan kualitas proposisi, yang dibedakan antara predikat afirmatif dan predikat negatif. Predikat afirmatif adalah sifat mengiyakan adanya hubungan predikat dengan subjek, predikat negatif adalah sifat mengingkari adanya hubungan predikat dengan subjek atau sifat meniadakan hubungan subjek dengan predikat.




Kedua unsur sebagai subjek dan predikat inilah yang merupakan materi pokok proposisi kategorik.

Secara sederhana, proposisi kategorik dibedakan atas empat macam, yaitu: proposisi universal afirmatif, proposisi universal negatif, proposisi partikular afirmatif, dan proposisi partikular negatif. Dari empat macam proposisi kategorik berdasarkan denotasi atau luas term yang dihubungkan, dapat dibedakan menjadi tujuh macam proposisi kategorik.
1. Proposisi Universal Afirmatif

Proposisi universal afirmatif ialah pernyataan bersifat umum yang mengiyakan adanya hubungan subjek dengan predikat, dirumuskan berikut ini : “Semua S adalah P”, bila digambarkan dengan diagram Venn sebagai berikut :

semua S adalah P

Proposisi ini sama artinya dengan “S yang non P itu tidak ada (kelas kosong)”. Proposisi ini disebut tipe A. Berdasarkan perbandingan luas term, dapat dibedakan atas dua macam: universal afirmatif ekuivalen dan universal afirmatif implikasi.

* Proposisi universal afirmatif ekuivalen ialah pernyataan umum X mengiyakan yang antara subjek dan predikat merupakan suatu persamaan, yakni semua anggota subjek adalah anggota predikat dan semua anggota predikat adalah anggota subjek, contoh : Semua manusia yang hidup bernafas.
* Proposisi universal afirmatif implikasi ialah pernyataan umum mengiyakan yang semua subjek merupakan bagian dari predikat, yakni semua anggota subjek menjadi himpunan bagian dari predikat, contoh : Setiap mahasiswa Universitas Gunadarma memiliki KTM.

2. Proposisi Universal Negatif

Proposisi universal negatif ialah pernyataan bersifat umum yang mengingkari adanya hubungan subjek dengan predikat, dirumuskan: “Semua S bukan P”, bila digambarkan dengan diagram Venn sebagai berikut :

semua S bukan P

Proposisi ini sama artinya: S yang P itu tidak ada (kelas kosong). Proposisi ini disebut tipe E. Proposisi universal negatif berdasarkan perbandingan luas term, hanya ada satu bentuk, yaitu berbentuk eksklusif sehingga lengkapnya disebut universal negatif eksklusif, yaitu pernyataan umum mengingkari yang berarti antara subjek dan predikat tidak ada hubungan, misalnya semua rakyat Indonesia tidak mengikuti ajaran komunis.
3. Proposisi Universal Partikular Afirmatif

Proposisi partikular afirmatif ialah pernyataan bersifat khusus yang mengiyakan adanya hubungan subjek dengan predikat, dirumuskan: “Sebagian S adalah P”, bila digambarkan dengan diagram Venn sebagai berikut :


sebagian S adalah P

Proposisi partikular afirmatif berdasarkan perbandingan luas term, dapat dibedakan atas dua macam: partikular afirmatif inklusif dan partikular afirmatif implikasi.

* Proposisi partikular afirmatif inklusif ialah pernyataan khusus mengiyakan yang sebagian subjek merupakan bagian dari predikat, yakni ada anggota subjek yang menjadi bagian predikat dan ada anggota predikat yang menjadi bagian subjek, contoh : Sebagian rakyat Indonesia adalah keturunan asing.
* Proposisi partikular afirmatif implikasi ialah pernyataan khusus mengiyakan yang sebagian dari subjek merupakan suatu predikat, yakni ada sebagian anggota subjek yang menjadi himpunan predikat, misal: Sebagian mahasiswa Universitas Gunadarma adalah warga Depok.

4. Proposisi Universal Partikular Negatif

Proposisi partikular negatif ialah pernyataan bersifat khusus yang mengingkari adanya hubungan subjek dengan predikat, dirumuskan: “Sebagian S bukan P” , bila digambarkan dengan diagram Venn sebagai berikut :



sebagian S bukan P

Proposisi partikular negatif berdasarkan perbandingan luas term terdapat dibedakan atas dua macam: partikular negatif inklusif dan partikular negatif implikasi.






Referensi :

http://massofa.wordpress.com/2008/01/31/logika-penalaran-dan-analisis-definisi/

http://massofa.wordpress.com/2008/01/31/proposisi-kategorik-penyimpulan-langsung-dan-silogisme-kategorik/
Read More … pola hubungan (25-03-2010)

Penalaran, Proposisi, Data dan Fakta (25-03-2010)

Penalaran, Proposisi, Data dan Fakta


Penalaran

Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.Kesimpulan diturunkan atas dasar alasan – alasan (premis). Kesimpulan berupa pernyataan yang di turunkan atas dasar alasan-alasan tertentu.

Contoh :

Apel 1 berwarna hijau rasanya asam

Apel 2 berwarna hijau rasanya asam

Apel 3 berwarna hijau rasanya asam

Jadi, Semua apel berwarna hijau rasanya asam

“Dengan demikian jelaslah bahwa penalaran merupakan kegiatan, proses atau aktivitas berpikir untuk menarik suatu kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru berdasar pada beberapa pernyataan yang diketahui benar ataupun yang dianggap benar yang disebut premis. Istilah lain yang sangat erat dengan istilah penalaran adalah argumen.”

Proposisi

Proposisi adalah pernyataan yang dapat di buktikan benar salahnya.

Contoh : Matahari terbit dari arah timur ke arah barat.

Unsur-unsur proposisi terdiri dari :

1. Term subjek ialah sesuatu yang tentangnya pengakuan atau pengingkaran ditujukan.
2. Term predikat ialah sesuatu yang diakui atau diingkari tentang term subjek.
3. Kopula ialah penghubung antara term subjek dan term predikat, yang sekaligus memberikan pengakuan atau pengingkaran pada hubungan tersebut.

Dalam logika, sebuah kalimat hanya dapat disebut proposisi bila memiliki ciri-ciri berikut :

1. Mengandung term subjek dan term predikat yang dihubungkan dalam sebuah pernyataan,
2. Mengandung sifat pengakuan atan pengingkaran, dan
3. Mengandung nilai benar atau salah.

Data

Sebenarnya pengertian data tidak bersifat mutlak karena tergantung dari individu yang merasakan apakah sesuatu tersebut bisa dianggap data atau bukan. Namun, biasanya data diartikan sebagai sesuatu yang diperoleh melalui proses tertentu dengan jangka waktu tertentu dan dilakukan oleh orang tertentu pula sehingga keberadaannya tidak bisa tergantikan begitu saja.
Contoh:

· Anda melakukan pendataan penduduk umur produktif namun tidak bekerja pada suatu daerah. Hasil yang anda dapatkan bisa disebut data karena tidak dapat tergantikan begitu saja.

Lain halnya dengan sesuatu yang bukan disebut data. Biasanya yang bukan data diartikan sesuatu yang diperoleh dengan cara apapun dan oleh siapapun namun dapat tergantikan dengan mudah.

Contoh:

· Anda memiliki buku telepon dari Telkom. Kami yakin anda tidak akan merasa pusing jika harus kehilangan buku telpon tersebut karena anda dengan mudah bisa minta pergantian ke Telkom dikarenakan buku tersebut dicetak banyak.

“Dengan demikian data merupakan kumpulan fakta atau angka atau segala sesuatu yang dapat dipercaya kebenarannya sehingga dapat digunakan sebagai dasar penarikan kesimpulan.”

Fakta

Fakta adalah keadaan, kejadian, atau peristiwa yang benar dan bisa
dibuktikan. Termasuk di dalamnya ucapan pendapat atau penilaian orang atas
sesuatu. Fakta biasanya ditandai oleh hadirnya data berupa angka. Tidak jauh beda dengan pengertian sebuah data.
Read More … Penalaran, Proposisi, Data dan Fakta (25-03-2010)
MY GREEN PLACE © 2008. Design by :Yanku Templates Sponsored by: Tutorial87 Commentcute